Rabu, 26 Desember 2012

Tugu Muda Semarang Juara Kejurda Boli Putri U-13 Antar Club Se- Jateng


Tugu Muda Semarang berhasil keluar sebagai juara I dalam Kejuaraan Daerah (Kejurda) Bola Voli Putri U-13 Antar Club se- Jawa Tengah di Gedung Olahraga SMK I Negeri Purworejo Selasa (25/12). Tugu Muda Semarang berhasil menjadi juara setelah dalam final mengalahkan Bravo Banjarnegara dengan skor 3-1. Sementara juara III diraih oleh Laskar Sukowati Sragen setelah dalam perebutan tempat ke tiga berhasil menaklukkan Tripel Star Kudus dengan kedudukan 2-0.

Kejurda Bola Voli Putri U-13 Antar Club Se- Jawa Tengah yang diselenggarakan oleh Sanggar Bola Voli (SBV) Hamong Rogo bekerja sama dengan SMK YPE Sawunggalih Kutoarjo tersebut  berlangsung selama dua hari (24-25 Desember 2012). Sebanyak 10 Club terbaik asal berbagai daerah ikut ambil bagian dalam kejuaraan itu. Acara pembukaan dilakukan oleh Ketua KONI Purworejo Subandi SE serta dihadiri sejumlah pejabat DPRD dan Dinas Pendidikan.

Ketua panitia yang juga ketua SBV Hamong Rogo Sri Rochati BA mengatakan, Kejurda tersebut merupakan kegiatan tahunan yang penyelengaraanya bergilir di berbagai daerah. “Tujuanya sebagai upaya  pembinaan prestasi Bola Voli usia dini PBVSI,” ucapnya. Dikatakan, dengan adanya klejuaraan itu diharapkan mampu mencetak atlet-atlet bola voli berprestasi disetiap kelompok umur agar kelak menjadi pemain handal. “Pembinaan kami memang hanya pada usia dini antara 11 sampai 15 tahun. Setelah lebih dari umur tersebut kami serahkan pada pembinaan yang lebih tinggi,” kata Sri Rochati.

Dari pengamatan di lapangan, kejuaraan tersebut berlangsung cukup ketat. Sejak babak penyisihan, masing-masing club berusaha tampil semaksimal mungkin untuk mengungguli lawanya. Meski secara postur masih kecil-kecil namun kelincahan, skil dan semangat bertanding mereka tidak kalah dengan para atlet bola voli dewasa. Bahkan cara bermain para atlet usia dini tersebut terkesan menikmati,  lugas dan tanpa beban.

Berikut adalah para peserta yang tampil dalam Kejurda  Bola Voli Putri U-13 Antar Club Se-Jawa Tengah. Tugu Muda Semarang, Voka Banjarnegara, Indonesia Muda Sragen, Jatayu Purwokerto (A), Jatayu Purwokerto (B), Laskar Sukowati Sragen, Kebumen, Bravo Banjarnegara, Hamong Rogo Purworejo dan Tripel Star Kudus. Dalam kejuaraan tersebut para juara mendapat tropi, piagam penghargaan dan bola voli masing-masing lima buah.



Selasa, 11 Desember 2012

Siswa SMA Negeri 5 Purworejo Tabrak Pejalan Kaki Hingga Tewas


Tak terhitung sudah jiwa melayang sia-sia di jalan raya. Sebagian besar penyebab semua itu akibat kecerobohan manusia. Seperti yang terjadi di jalan Purworejo – Magelang, tepatnya di depan kantor Desa Trirejo, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo.

Lantaran mengendarai sepeda motor dengan sangat kencang, Kepti Bidianita (17), siswa SMA Negeri 5 Purworejo menabrak Kasiyem (60) warga RT 01 RW 02 Desa Trirejo, Kecamatan Loano hingga tewas seketika di tempat kejadian Sabtu (9/12) sekitar pulul 11.00 WIB.

Informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan, kecelakaan bermula saat Kepti  warga Desa Kepil RT 1 RW 3 Kecamatan/Kabupaten Wonosobo mengendarai sepeda motor Jupiter MX nomor polisi AA 2488 TF dengan kecepatan tinggi dari arah utara. Saat itu kondisi jalan basah karena hujan gerimis. Sampai ditempat kejadian, tiba – tiba ada penyeberang jalan yang belakangan diketahui bernama Kasiyem pedagang kerajinan anyaman bambu.

Akibat laju kendaraan yang kencang maka Kepti tidak bisa menguasai keadaan sehingga korban tertabrak dan terpental hingga beberapa meter. Akibat luka yang cukup parah pada bagian kepala korban kemudian meninggal ditempat kejadian. “Kepala korban luka parah dan terus mengeluarkan darah,” kata sejumlah saksi. Kepti sendiri terpental hingga beberapa meter, namun demikian hanya mengalami luka ringan.

Sejumlah warga yang melihat kejadian tersebut kemudian memberikan pertolongan dengan membawa Kepti ke Puskesmas Loano. Sementara jenazah korban langsung dilarikan ke RSUD Saras Husada untuk divisum. Kecelakaan tersebut kini sedang ditangani oleh Satlantas Polres Purworejo.

Jumat, 30 November 2012

Artikel


Demokrasi di Indonesia

Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang paling laris di dunia. Walaupun  hampir dipakai di seluruh dunia, namun dalam kenyataannya demokrasi bukanlah sistem pemerintahan yang terbaik, walaupun bukan yang terburuk.
Di Indonesia sendiri, sistem pemerintahan ini telah dipakai sejak negara ini memproklamasikan kemerdekaannya. Terbukti dari mekanisme kepemimpinannya, Presiden bertanggung jawab kepada MPR, di mana MPR dipilih dari Rakyat. Secara hirarki, Rakyat adalah pemegang kepemimpinan Negara.

Dalam perjalanannya, demokrasi di Indonesia pernah dua kali mengalami masa suram. Era yang pertama terjadi saat Orde Lama, pada masa pemerintahan Soekarno. Pada masa ini Indonesia menjalankan sistem Demokrasi Terpimpin, dengan Soekarno sebagai presiden seumur hidup. Kesalahan fatal yang terjadi dalam sistem ini ---- selain Soekarno mengangkat diri menjadi presiden seumur hidup, adalah dibubarkannya  DPR dan digantikan oleh DPRGR. Padahal, dalam UUD,  secara eksplisit sudah ditentukan bahwa, presiden tidak berwenang membubarkan DPR. Pemberontakan G30S pun mengakhiri sistem Demokrasi Terpimpin, dan menjadi awal dimulainya Orde Baru dengan Demokrasi Pancasila.

Demokrasi Pancasila yang dipimpin oleh Soeharto berinti menegakkan kembali azas negara hukum untuk dapat dirasakan oleh segenap warga Negara,  hak azasi manusia baik dalam aspek kolektif maupun aspek perseorangan dijamin dan penyalahgunaan kekuasaan dapat dihindarkan secara institusional. Namun dalam perjalanannya, sistem demokrasi ini pun lambat laun tak sesuai dengan semangat yang dibawanya. Kekuatan politik yang sekiranya tak sesuai dengan kehendaknya disingkirkan. Kekuatan politik dijinakkan, sehingga menjadi kekuatan yang tidak lagi mempunyai komitmen sebagai kontrol sosial. Pers mati. 

Koran-koran yang mengkritik pemerintah, dibredel. Rakyat pun tak punya kebebasan berbicara. Siapa saja yang sekiranya mengganggu stabilitas nasional, disingkirkan.  Korupsi yang sudah sejak jaman kolonial subur di negeri ini, semakin tumbuh subur. Kolusi seperti banjir di musim penghujan, tak dapat dicegah. Nepotisme seakan mendapatkan tempatnya. Soeharto tempatkan dirinya menjadi Bapak, sedang Negara ia anggap sebagai Anak.

Pada masa itu, negeri ini dibawanya kembali ke masa kerajaan. Pemimpin adalah maha tahu, sedangkan rakyat hanya dan harus patuh pada pemimpin. Situasi tersebut meciptakan kembali kelas-kelas sosial yang telah mati-matian dihapus oleh para terpelajar saat jaman kolonial.
Akhirnya, setelah 32 tahun duduk di tampuk kekuasaan ---  tanpa lawan politik yang berarti, Soeharto lengser sebelum masa jabatannya terpenuhi. Dengan itu pula Orde Reformasi mencoba merekonstruksi sistem demokrasi Indonesia.

Pada masa Reformasi kebebasan pers dan kebebasan berbicara disuburkan kembali. Koran-koran bebas menkgkritik kebijakan pemerintah yang dianggapnya tak sesuai. Rakyat bebas bicara tentang pemerintahan, sekiranya itu tak sama dengan yang mereka inginkan. Keduanya berfungsi sebagai kontrol pemerintah, agar kekuasaan yang dijalankan tidak jauh menyeleweng.
Di mata dunia Indonesia telah dianggap Negara demokrasi. Terbukti telah diadakannya pemilu dari presiden sampai dengan kepala daerah.  Walaupun belum bisa dikatakan baik. Agaknya kita harus menunggu demokrasi akan membawa keadilan dan kemakmuran untuk rakyat Indonesia secara keseluruhan.
Bayu Wira Handyan
Mahasiswa S-1 Ilmu Komunikasi, Universitas Diponegoro

Artikel


Terbiasa Teratur Menciptakan Keteraturan

“Keteraturan adalah keadaan di mana terjadi keseragaman dalam melakukan sesuatu. Keteraturan terjadi terjadi setelah seluruh komponen masyarakat dalam suatu wilayah berpola sama, seragam”

Masyarakat mana yang tidak menghendaki keteraturan di tempat mereka tinggal? Keteraturan seakan menjadi tolok ukur maju atau tidaknya suatu bangsa.  Tiada lagi orang menerobos lampu merah. Tiada lagi orang menyerobot antrian. Tiada lagi orang meludah, merokok, dan membuang sampah sembarangan. Orang akan berjalan saat lampu hijau. Antrian tak akan penuh cacian, karena orang akan tetap dalam jalurnya. Orang akan merokok di ruang terbuka, meludah dan membuang sampah di tempat yang disediakan. Semuanya berjalan secara teratur.

“Keteraturan terjadi karena kebiasaan. Kebiasaan yang dilakukan menahun”
Keteraturan tidak hanya mengarah ke sisi kebaikan. Keteraturan tergantung pada kebiasaan yang dilakukan suatu masyarakat pada suatu tempat. Dalam suatu masyarakat, bisa terjadi kesemrawutan yang teratur. Mereka teratur dalam suatu pola yang semrawut, dan mereka terbiasa dengan pola itu. Terbukti dengan dilakukannya hal tersebut --- menahun.
“Untuk bisa hidup dalam suatu keteraturan, terbiasa adalah suatu keharusan”

Suatu individu dalam suatu masyarakat yang terbiasa hidup dalam kesemrawutan yang teratur pindah ke dalam lingkungan yang berisi individu-individu yang teratur. Bisa dipastikan, ia akan selalu mengeluh tentang lingkungan barunya tersebut. Dia akan mengalami masa adaptasi yang tidak sebentar, dan ada kemungkinan dia akan kembali berpindah ke lingkungan lamanya. Begitu juga sebaliknya, suatu individu yang berasal dari suatu masyarakat yang teratur pindah ke lingkungan yang punya perilaku semrawut yang teratur. Bisa dipastikan, ia akan mencaci lingkungan barunya ini, dan ada kemungkinan dia akan kembali ke lingkungan asalnya, jika dia tidak bisa beradaptasi di sana.

“Keteraturan terjadi di semua tempat, di mana terdapat masyarakat yang hidup secara berpola”
Keteraturan akan terjadi jika ada tempat. Entah itu di lereng gunung yang sulit dijangkau, di daerah terpencil yang bahkan penerangannya masih setia dengan senthir, atau pun di tengah padat gedung dan sesak asap kendaraan bermotor. Keteraturan tak pernah pandang bulu. Untuk dapat menuju masyarakat yang teratur, dibutuhkan dua syarat: area atau tempat dan masyarakat. Setelah dua syarat tersebut dipenuhi, maka dengan sendirinya masyarakat tersebut akan menciptakan suatu pola yang dilakukan terus menerus.

“Peraturan dan keteraturan adalah dua hal yang sulit dipisahkan. Mereka ibarat Yin dan Yang”
Individu di suatu tempat, akan dipaksa untuk hidup sesuai dengan peraturan di dalamnya. Ia akan dipaksa untuk hidup sesuai peraturan di tempat ia tinggal. Jika ia melanggar, bisa dipastikan ia akan mengalami hukuman sesuai peraturan yang ada --- di sebagian tempat mereka yang melanggar akan digosipkan atau bahkan dikucilkan. Untuk itulah perlu dibuat peraturan. Peraturan akan membuat individu yang berada di bawah naungannya akan terbiasa untuk berperilaku secara teratur. Tanpa adanya peraturan, yang mungkin terjadi adalah ketidakteraturan yang teratur.
Bayu Wira Handyan
Mahasiswa S-1 Ilmu Komunikasi, Universitas Diponegoro

Rabu, 28 November 2012

Pelajar Purworejo Gelar Deklarasi Anti Narkoba dan Tawuran


Maraknya penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja dan tawuran antar siswa, membuat keprihatinan pelajar Purworejo. Untuk menciptakan generasi masa depan yang berkualitas, pelajar Purworejo menyelenggarakan apel kebangsaan deklarasi pelajar anti narkoba dan tawuran. Apel dilaksanakan akhir pekan lalu, di alun-alun, dengan pembina upacara Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg.

 Kegiatan tersebut diprakarsai Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) dan lembaga pendidikan (LP) Ma’ Arif. Apel diikuti sekitar 4.000 siswa  SMP/MTs dan SMA/MA/SMK baik negeri maupun swasta.  Ada lima poin dalam deklarasi tersebut. Yaitu, pelajar Purworejo akan menjujung tinggi nilai Ketuhanan yang Mahaesa, musyawarah untuk mufakat, pluralisasi, persatuan dan kesatuan dalam semangat kekeluargaan, kebersamaan yang harmonis. Menolak segala bentuk kekerasan dan tawuran antar pelajar dengan alasan apapun. Tidak akan terlibat dalam peredaran dan penggunaan narkoba dan minuman keras baik langsung maupun tidak langsung.

Kemudian, mengajak pelajar di seluruh Indonesia untuk berpikir, berkata, bertindak, dengan ahlak dan menurut ridlo Tuhan yang Mahaesa. Menjunjung tinggi martabat, dan nama baik sekolah serta mewujudkan terlaksananya kondusifitas di Kabupaten purworejo. Usai apel mereka menandatangani deklarasi di bentangan kain. Ikut menandatangani, Bupati Purworejo, Kasdim, Wakapolres, dan pimpinan LP Ma’Arif.

Ketua penyelenggara, Anis Mahrus mengungkapkan bahwa problem having fun merupakan penyakit yang sedang menyerang semua kader dari tiap organisasi kepemudaan, pelajar dan remaja, termasuk di Kabupaten Purworejo. Hal ini kalau dibiarkan akan mengancam kualitas sumber daya manusia di masa mendatang. Maraknya aksi tawuran antar pelajar, dan penyalahgunaan narkoba akan mengorbankan prestasi dan tanggungjawab masa depan.

Untuk itu ia berharap melalui kegiatan ini, pelajar di Kabupaten Purworejo komitmen untuk bersatu dan menatap masa depan demi kejayaan masa depan bangsa.  Kegiatan tersebut, lanjutnya, merupakan rangkaian kegiatan porseni dan temu pelajar NU tahun 2012.

Minggu, 04 November 2012

Pelajar SMK Tusuk Tukang Ojek


Agung Suryo Widodo (18), siswa sebuak SMK di Purworejo harus berurusan dengan pihak berwajib. Pelajar kelas III warga Desa Kroyo, Kecamatan Gebang ini diamankan lantaran tertangkap warga setelah berusaha merampas sebuah sepeda motor Honda Tiger Nopol AA 4124 UC milik Roy Efendi (17) warga RT 1 RW 1 Desa Hardimulyo, Kecamatan Kaligesing.

Sebelum merampas, terlebih dulu tersangka menusuk punggung dengan pisau. Namun karena korban memberikan perlawanan sambil berteriak minta tolong akhirnya tersangka berhasil dibekuk warga.

Dari informasi yang diperoleh, peristiwa bermula saat tersangka meminta korban mengantar ke Desa Winong, Kecamatan Kemiri. Saat itu korban sedang ngetem di Pasar Suronegaran setelah mengantar temannya nonton pasar malam di lapangan Ganizun Purworejo. Saat melintas ditempat sepi, tepatnya di depan SD Winong, tersangka menusuk punggung korban dengan sebilah pisau sehingga keduanya terjatuh. Saat itu pula tersangka berusaha merampas sepeda motor korban.

Meski kesakitan, korban berusaha mempertahankan sepeda motornya sambil berteriak minta pertolongan. Beruntung saat itu masih banyak warga yang sedang terjaga sehingga teriakan korban langsung mendapat respon. Dalam sekejap warga sudah berdatangan dan berusaha menolong korban. Melihat kedatangan warga, tersangka panik dan berusaha kabur membawa sepeda motor namun terjatuh lantaran mesin tidak bisa dihidupkan.

Saat hendak ditangkap warga, tersangka berusaha melawan dengan mengacung-acungka pisau. Namun demikian akhirnya tersangka berhasil ditangkap dan dibawa ke Polsek Kemiri. Sementara korban kemudian dilarikan ke RSUD Purworejo. Karena lukanya cukup dalam korban kemudian dirawat di ruang ICU.

Kepada wartawan, tersangka mengaku perbuatanya itu dilakukan karena ingin pesta minuman keras oplosan dengan teman-temanya. Tapi lantaran tidak punya uang kemudian dirinya nekad melakukan perbuatan tersebut.

Sementara itu, pihak SMK tempat tersangka sekolah mengancam akan mengeluarkan jika nantinya terbukti bersalah. “Jika nantinya memang terbukti melanggar hukum pihak sekolah akan mengembalaikan tersangka kepada orang tuanya, “ terang sumber di SMK tersebut.

Sabtu, 27 Oktober 2012

Tim Robotika SMA Negeri I Purworejo Juara I Piala Menristek


Setelah akhir September 2012 yang lalu SMA N 1 panen prestasi, pada  minggu ketiga bulan Oktober dalam berbagai event resmi kejuaraan baik tingkat lokal maupun nasional, SMA Negeri 1 Purworejo kembali membuat nama harum dan sejarah. Tidak tanggung-tanggung, puluhan kejuaraan berhasil disabet siswa SMA N 1 dalam berbagai lomba tersebut.

Waka Humas SMA N 1, Jazim Wahyudi, S.Pd., didampingi asisten Sunardi, M.Pd., menyebutkan, prestasi paling membanggakan adalah keluarnya Tim Robotika sebagai Juara I dalam lomba Robotika tingkat nasional yang berlangsung di UI  Jakarta, Sabtu (20/10) lalu. 

Dalam lomba memperebutkan piala Menristek, Tim Robotika SMA N 1 yang terdiri atas Aji Setyoko (17) siswa kelas XI IPA, Andrea Pramaditya Perwira Putra (17) siswa kelas XI IPA dan Ilham Fajar Iman (16) siswa kelas X berhasil memperebutkan tropy bergengsi serta penghargaan lainnya setelah berhasil menyingkirkan rival-rivalnya yang berasal dari seluruh Indonesia.

Dalam ajang bergengsi tersebut Tim Robotika SMA Negeri 1 Purworejo menampilkan Robot jenis Line Follower dan berhasil menyisihkan 26 kontestan lainya.

Ditemui di sekolahnya, ketiga siswa itu mengaku bangga bisa keluar sebagai juara pertama. "Target kami sebenarnya hanya juara III, tapi diluardugaan justru menjadi yang terbaik," kata Aji mewakili teman-temanya. Menurut Aji, robot tersebut merupakan teknologi awal dan masih dikembangkan lagi menjadi sebuah alat yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat luas. Diantaranya, untuk penjagaan perlintasan kereta api, alarm anti maling dan pendekteksi gempa.


Prestasi lain pada tingkat nasional yang diraih adalah Juara III Nasional Lomba Poster Semarak Geografi di Yogyakarta pada 20 Oktober 2012 atas nama Tri Yanti dari kelas XII.IPA-3. Selanjutnya, pada tingkat lokal Tim Basket SMA N 1 berhasil meraih juara II pada Smansa Home Coming yang diselenggarakan oleh Smansa Kebumen.

Di ajang lomba resmi tingkat kabupaten yang diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta pemerintah kabupaten,  SMA N 1 meraih  Juara I Karnaval Hari Jadi tingkat SMA/MA/SMK. Juara I Putri ( Sri Wahyuningsih) dan Juara III putra ( Manggar Gendro Biyen Wicaksono) Lomba Seni Poster. Juara I putri ( Septriya Luthfitasari)  dan juara III putra ( Dien Ilham Genady) lomba Orasi Kebangsaan. Juara I ( Asri Wijayanti)  dan Juara harapan I ( Aldino Dwi Baresi)  lomba story telling, juara lomba geguritan ( Intan Amalia cs), juara II Lomba gerak jalan dan  juara I lomba paduan suara. 


Dalam lomba Teknologi Tepat Guna Pramuka oleh Kwarcab, tim putri SMA N 1 Purworejo terdiri atas Aiyudya Dinda Yashinta dan Eka Primadistia Kusumawardani,  menyabet juara I, sedangkan tim putra terdiri atas Aulia Rizki dan Fajar Nursodiq meraih juara harapan 1.

Kepala SMA Negeri I Purworejo Dra. Budiastuti Sumaryanti, M.Pd., menyatakan,  keberhasilan mengoleksi puluhan prestasi tersebut tak lepas dari peran Allah swt dan  kerja keras semua pihak, terutama para siswa dan guru pembimbing. “Kejuaraan-kejuaraan yang diraih tersebut makin mengukuhkan jatidiri SMA Negeri 1 Purworejo sebagai sekolah gudangnya prestasi,” katanya sambil menambahkan saat ini progam unggulan di SMA Negeri I Purworejo adalah Robotika, Zero Waste, dan Recycle.







Sabtu, 20 Oktober 2012

SMA Negeri 3 Purworejo Bangun Masjid


Kendati belum sempurna, SMA Negeri 3 Purworejo kini sudah dilengkapi sarana ibadah berupa Masjid. Pembangunan tempat ibadah dengan ukuran 12 x 12 meter tersebut menelan biaya ratusan juta rupiah. Anggaran pembangunannya diperoleh dari Komite sekolah sebesar 35 juta, siswa, guru dan karyawan, Yayasan Al Madina sebesar 25 juta, Sudi Silalahi 20 juta, Ning Setiowati (alumni tahun 1997 ) sebesar 11 juta dan sejumlah  donatur yang jumlahnya bervariasi.

“Saat ini pembangunan masjid terus berjalan. Meski demikian masjid sudah bisa digunakan untuk kegiatan ibadah,” kata Kepala SMA Negeri 3 Purworejo Dra, Sri Sujarotun. Dibangunnya sarana ibadah tersebut, lanjut dia, dilandasi rasa kepedulian ingin membantu warga SMA Negeri 3 Purworejo yang mayoritas muslim. Kecuali itu juga untuk memberi ruang atau fasilitas ibadah yang lebih resprentatif. “Selain sebagai tempat salat, juga untuk praktek pelajaran agama serta kegiatan keagamaan, seperti pelatihan khotbah, pembinaan agama kepada siswa agar lebih mendalam, “ ucapnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Panitia Pembanguan Masjid Wahyudi S.Pd mengatakan, rencananya masjid tersebut nantinya akan berlantai keramik. Tembok masjid bagian dalam juga akan dipasang keramik setinggi 1 meter. Masjid juga akan diberi fasilitas tempat wudlu, WC dan kamar mandi. “ Sedang untuk lingkungan masjid nantinya akan diberi pavling hidup. Yaitu pavling blok berlubang yang bagian tengahnya akan ditanami rumput dan lainya,” jelas Wahyudi.

Meski pembangunannya dilakukan secara bertahap, dan sedikit mengalami tantangan, namun warga SMA Negeri 3 Purworejo utamanya panitia bertekad akan merampungkan pembangunan masjid tersebut. Guna kelancaran pembangunan masjid tersebut, dia berharap adanya donatur dari luar menyalurkan bantuan untuk percepatan pembangunan masjid ini.

Hingga saat ini, lanjut Wahyudi, dana yang terserap sudah mencapai Rp 100 juta lebih. Namun pembangunan masjid tersebut masih membutuhkan anggaran yang cukup besar. Oleh karena itu panitia masih sangat berharap bantuan dana dari para donatur. “ Bagi para donatur dari luar yang berkenan ingin memberikan bantuan dipersilahkan menghubungi panitia,” tandas Wahyudi sambil menambahkan panitia pembangunan masjid terdiri atas Drs. Rohani (Ketua I ), Wahyudi S.Pd (Ketua II), M Suyudi S.Pd (Sekretaris ) dan Saiful Hadi BA (Bendahara).

Dolalak Prigel Tampil memukau Peserta Asing


Saya cari manis kembang melati
disaya cari
manis kembang melati melati juga
yang manis kepada saya

Tembang pengantar adegan trance itu menghentak berirama cepat mengiringi gerak energik para pemain Dolalak Sanggar Tari Prigel Purworejo berjudul Lentera Jawa pada Pembukaan Festival Seni Internasional 2012 di P4TK Seni Budaya Yogyakarta, Senin kemarin (8/10).

Tak lama kemudian, para pemain wanita sebanyak 40 anak berusia SD dan SMP itu serentak melakukan adegan trance bersama. Itulah pucak tarian Lentera Jawa yang kemudian mendapat aplaus luar biasa dari penonton terutama dari manca negara. Salah seorang peserta wakil dari Inggris, Steve Burell yang diminta memberikan sambutan menyatakan kekagumannya terhadap pentas Dolalak Lentera Jawa tersebut.

"Tari Dolalak sangat bagus. Hebat sekali. Apalagi pemainnya anak-anak. Saya sangat salut anak-anak dari Purworejo tampil bagus. Mereka sungguh menghargai seni budaya sendiri," ujar Steve Burrel terpatah-patah menggunakan bahasa Indonesia.

Tak hanya Steve Burell, penonton yang memadati halaman P4TK memberikan aplaus panjang usai Dolalak dipentaskan. Anak-anak asuhan Melania Sinaring Puteri SSn memang tampil habis-habisan. Padahal sebelumnnya sudah pentas menari tari tradisi selama 16 menit pada pra-acara sebelum acara resmi dimulai. Barulah tarian inti Lentera Jawa berdurasi 10 menit beraksi menunjukkan kebolehannya.

Gerak ngetol, kirigan, pencik, dan saat trance begitu sangat luwes selaras dengan irama musik kendang, jidur, dan terbangan. Lentera Jawa sendiri diiringi lagu Dolalak sebanyak enam tembang.
Seusai Dolalak Lentera Jawa, acara juga dimeriahkan dengan tarian Kuncaraning Seni Budaya Bangsa oleh SMKI Yogyakarta. Sementara malamnya, seniman dari Timor Leste dan Kanada tampil di auditorium P4TK Seni Budaya.

Kesenian lain dari mancanegara yakni Malaysia, Belanda, Costarika, Inggris, Mexiko, Australia, Singapura, Papua New Guine, Venezuela. Acara ditutup pada Jum'at mendatang (12/10). Mereka akan tampil di Teater Arena dan auditorium P4TK Seni Budaya Yogyakarta tanpa membayar tiket alias gratis.


KOPISISA Gelar Lomba Sastra


Untuk memperingati HUT-nya yang 33, Kelompok Peminat Seni Sastra (KOPISISA) Purworejo akan menggelar lomba kesastraan bagi pelajar SMP, SMA, Mahasiswa, dan masyarakat umum di Purworejo dan sekitarnya. Lomba meliputi cipta puisi, cipta cerpen, dan baca puisi.

Ketua KOPISISA Purworejo Soekoso DM mengatakan, untuk lomba cipta puisi dan cerpen temanya bebas. Untuk puisi jumlah yang dilombakan masing-masing lima judul dan belum pernah dipublikasikan, sedang untuk cerpen maksimal peserta boleh mengirim dua judul.

Naskah dikirim paling lambat pada 25 Oktober mendatang ke Panitia Lomba Sastra KOPISISA 2012 di Radio Suara Irama FM jalan A Yani 13 Purworejo. Setiap naskah yang dikirim dilampiri materai Rp 6.000 yang dimasukkan ke dalam amplop.

Sedang lomba baca puisi untuk babak penyisihan dilaksanakan pada Minggu (28/10) di pendapa Kantor Kecamatan Purworejo jalan WR Soepratman dan finalnya dilaksanakan pada Minggu (4/11) di tempat yang sama. Untuk pndaftaran baca puisi masing-masing peserta dipugut kontribusi Rp 10.000.

"Kegiatan kesastraan ini rutin kita selenggarakan setiap tahun dengan tujuan untuk meningkatkan apresiasi di kalangan generasi muda Purworejo terhadap seni sastra. Dengan lomba-lomba kesastraan ini diharapkan akan melahirkan penulis-penulis muda yang berbakat," ujar Soekoso.
Soekoso mengimbuhkan, untuk para juri akan diambilkan dari aktivis sastra di wilayah Kedu dan Yogyakarta. Setiap pememang akan mendapat tropi dan piagam penghargaan. 

Rabu, 17 Oktober 2012

SMP Negeri 25 Purworejo Segera Miliki Mushola


Untuk meningkatkan pelayanan di bidang agama dan membentuk karakter bangsa, SMP Negeri 25 Purworejo yang sebagian besar siswanya beragama Islam kini tengah membangun Mushola. Pengerjaan Mushola yang berlokasi di samping depan tersebut sudah mencapai sekitar 75 persen.

Tempat ibadah dengan ukuran 10 x 8 meter itu nantinya akan menggantikan Mushola yang sudah ada namun tidak lagi memadai. Pembangunan Mushola yang menelan biaya Rp 70 juta tersebut berasal dari sumbangan para wali murid tahun ajaran 2011 / 2012.

Pembangunan Mushola itu sendiri sudah dimuali sejak bulan September 2012. Kepala SMP Negeri 25 Purworejo Drs. Paijo mengatakan, mushola tersebut nantinya akan digunakan untuk kegiatan keagamaan seperti sholat Dzuhur berjamaah, sholat Duha, pengkajian Alqur’an, latihan kultum serta baca  tulis Alqur’an.

Disamping itu juga akan dimanfaatkan untuk sholat idul fitri dan idul adha. “Yang terpenting ,  pembangunan mushola ini diprakarsai oleh komite SMP Negeri 25 Purworejo,” katanya. Diharapkan, dengan adanya Mushola itu nantinya ilmu para siswa di bidang agama akan semakin meningkat. “Mushola tersebut juga bisa digunakan oleh masyarakat sekitar,” tambahnya

Selasa, 02 Oktober 2012

Ratusan Mahasiswa STAINU Demo Yayasan


Ratusan mahasiswa anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) STAINU Purworejo menggelar demo di kampus STAINU Jalan Lingkar Utara Senin (1/10).

Demo cukup tegang dan penuh emosi serta diwarnai dengan pembakaran ban bekas maupun simbul – simbul STAINU. Meski demikian tidak ada satupun perwakilan yayasan yang menemui para mahasiswa. Dalam orasinya para mahasiswa menuntut agar pihak yayasan memperbaiki sistem pendidikan, memperbaiki fasilitas agar lebih representatif serta menginginkan transparasi pengelolalaan keuangan maupun perbaikan manajamen STAINU.

“Kami ingin tiga tuntutan tersebut segera dipenuhi karena yang kami sampaikan sangat krusial dan yayasan harus segera merealisasikan, “ kata Norman Hakim selaku Ketua DPM STAINU. Dikatakan, saat ini banyak yang tidak beres di STAINU. Dicontohkan, selama ini kuliah hanya menggunakan papan tulis dan banyak dosen yang bingung saat mahasiswa menanyakan hasil nilai setelah ujian. “Jika tuntutan kami tidak dipenuhi kami akan melakukan aksi yang lebih besar lagi, “ katanya.

Tawuran Pelajar Indikasi Rendahnya Moralitas Bangsa


Maraknya tawuran antar pelajar, mahasiswa dan kelompok masyarakat akhir-akhir ini, menunjukkan rendahnya moral bangsa Indonesia. Kondisi tersebut diperparah dengan maraknya kasus korupsi, yang banyak  menjerat para pemimpin.

Hal itu diungkapkan Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Jawa Tengah Bambang Ariawan, di sele-sela membuka acara Konferensi ke VIII HMI Cabang Purworejo, akhir pekan lalu, di gedung PGRI. Konfercab juga diisi dengan seminar yang menghadirkan nara sumber Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Drs Bambang Ariyawan MM, Ketua Komisi D DPRD Drs Zusron, dan Ardianto Wahid dari UMP.

Dikemukakan oleh Ketua HMI Jateng bahwa ia merasa khawatir atas tingkat moralitas bangsa saat ini. “Kondisi tersebut disebabkan antara lain karena pedidikan di Indonesia lebih menekankan pada nilai akademik, dibanding pendidikan karakter,” ungkapnya.

Terkait dengan hal itu, menurutnya keberadan HMI cukup strategis untuk ikut ambil peran dalam pendidikan karakter. Di lingkungan masyarakat, HMI bisa membuat programn yang menyentuh masyarakat, misalnya mendirikan pendidikan bahasa Inggris. Di lingkungan kampus, HMI bisa membina anggotanya. Bagi anggota HMI dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), bisa merintis untuk pendidikan karakter, mengingat pendidikan karakter lebih sulit dan lama di bidang lain.

Pada kesempatan yang sama Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo Drs Bambang Ariyawan MM, mengungkapkan bahwa perekrutan guru pada dasarnya bisa dibedakan menjadi dua. Yaitu perekrutan yang dipersiapkan sejak awal dan crass program.

Guru yang dipersiapkan sejak awal, perilakunya dari sikap hingga tidak tanduknya menunjukkan seorang guru yang perlu diteladani siswa. Mereka dipersiapkan sejak awal, layaknya menyiapkan seorang jendral. Berbeda dengan guru yang perekrutannya secara crass program. Guru yang seperti ini hanya mentransfer ilmunya kepada murid.

Senin, 01 Oktober 2012

AKBID Wisuda 52 Mahasiswa


Akademi Kebidanan Bhakti Putra Bangsa Purworejo (Akbid BPBP) kambali mewisuida 52 ahli madya kebidanan, di ruang Arahiwang Setda Purworejo, Sabtu (29/9). Mahasiswa yang berhasil lulus dengan predikat Terpuji diraih Fina Juniatmaria AMd Keb dengan IP 3,56. Sedangkan 51 mahasiswa lainnya, lulus dengan predikat sangat memuaskan. 

Menurut Direktur Akbid BPBP, Nurma Ika Zuliyanti SST MKes, lulusan perguruan tinggi yang dipimpinnya selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tidak saja dari jumlah mahasiswanya, namun juga kualitas lulusannya. “Akbid Purworejo juga sudah mendapat Akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi,” ungkapnya.

Disampaikannya, 52 mahasiswa tersebut telah telah mengikuti Ujian Akhir Program (UAP) dan lulus seratus persen. Para mahasiswa juga sudah menempuh tiga tahapan yaitu ujian Pantom, ujian OSCE dan karya tulis ilmiah. Disamping itu mereka juga sudah mengikuti ujian kompetensi untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR). ”Surat ini gunanya untuk pegangan bekerja dan nantinya juga untuk mendirikan praktik ” kata Nurma.

Dia berharap, para lulusan dari AKBID Purworejo ini nantinya dapat diserap pasar kerja yang saat ini terus berkompetisi.    ”Kami juga lakukan praktik klinik bekerjasama dengan lembaga kesehatan seperti RSUD Saras Husada dan RSUD Kebumen, untuk menjembatani mahasiswa dalam mendapatkan pekerjaan,” katanya.

Pada kesempatan acara wisuda, juga sekaligus dilaksanakan Sumpah Profesi dari Dinas Kesehatan Provisni Jawa Tengah oleh dr Tatik Nurhayati MKes, yang juga disaksiskan  perwakilan Kopertis Wilayah IV Bambang Iswanto AKP.

Indonesia Terkorup di Asia Pasifik


Indonesia menempati peringkat pertama negara terkorup, dari 16 negara di Asia Pasifik. Posisi Indonesia, hampir sejajar dengan India, namun tahun berikutnya kejahatan korupsi di India mengalami penurunan.

Hal tersebut disampaikan Widagdo,  Auditor  Madya bidang investigasi Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perwakilan Yogyakarta, ketika menjadi nara sumber pada sosialisasi anti korupsi, di gedung Wisma Budaya kompleks SMAN 7, belum lama ini. 

Sosialisasi diikuti perwakilan siswa SMA/SMK se Kabupaten Purworejo dengan tema “Pelajar mampu memerangi korupsi”, dibuka Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, Drs Bambang Ariyawan MM. Hadir pada acara terseut Kepala BPKP DIY, Candra Imantara. Bupati yang sedianya membuka acara, meninggalkan acara pembukaan, karena harus mengikuti rapat paripurna DPRD.

Dikemukakan oleh Widagdo yang juga putra kelahiran Grabag Purworejo, Indonesia terpuruk akibat perilaku korupsi. Tindak pidana korupsi banyak yang menjerat para pejabat, diantaranya dua mantan Bupati Purworejo periode sebelumnya juga tersandung kasus tersebut. Berdasarkan data di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sepuluh  besar kabupaten/ kota bersih korupsi adalah Denpasar, Tegal, Surakata, Yogyakarta, Manokwari, Gorontalo, Tasikmalaya, Balikpapan, Kediri, dan Lhoksumawe.

Ditegaskan bahwa apapun definisinya, tidak pidana korupsi merupakan kejahatan luar biasa, sehingga penanganannya pun harus luar biasa. Faktor yang mendorong terjadinya tindak korupsi antara lain keserakahan, kesempatan, kebutuhan, pengungkapan. Ketiadaan kendali untuk mencegah atau mendeteksi, berperan orang untuk berbuat korupsi. Upaya pemberantasan dilakukan secara represif, preventif dan educatif. Tapi mana yang lebih dahuu dijalankan, menjadi perdebatan yang belum ada jawabannya.

Terkait dengan hal ini, siswa bisa ikut beperan dalam pemberantasan korupsi. Diantaranya dengan ikut mengawasi dana OSIS. Mengkritisi laporan pertanggungjawaban organisasi kesiswaan. Mempraktekkan etika dan moral jujur, berani dan kritis. Siswa mempunyai hak untuk menyampaikan aspirasi. Namun ia mengingatkan agar dalam penyampaian aspirasi hedaknya secara santun, berbudi pekerti, bermoral, dan bertangunjawab.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Drs Bambang Ariyawan MM, kepada pers menyatakan bahwa kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menanamkan nilai luhur tentang pentingnya pemberantasan korupsi. Diharapkan para peserta yang saat itu mengikuti, nantinya akan menyebar luaskan kepada rekan-rekannya, sehingga informasi tesebut semakin meluas. Pada saatnya nanti mereka sudah tertanam jiwa anti korupsi.

Minggu, 30 September 2012

Karnaval Memperingati Hari Jadi Purworejo Cukup Meriah


Dibanding sebelumnya, karnaval memperingati Hari Jadi Kabupaten Purworejo ke 1.111 Sabtu (29/9) lebih meriah dan cukup menyedot perhatian masyarakat. Tercatat sebanyak 68 peserta dari siswa SMA, instansi, dinas, BUMN dan kelompok masyarakat ikut ambil bagian dalam karnaval tersebut.

Bermacam-macam dan cukup kreatif apa yang ditampilkan dalam kegiatan karnaval tersebut. Mulai dari kreasi hasil pertanian seperi ketela, durian hingga kesenian tradisonal ndolalak, kuda lumping, topeng ireng tari kreasi moderen.
Tak kalah menariknya adalah kendaraan hias yang dipakai peserta. Kendararan dihias cukup kreatif, seni dan unik hingga cukup menghibur masyarakat. Tak hanya itu saja, setiap peserta ketika melewati panggung kehormatan atau saat melintas didepan Bupati Purworejo H Mahsun Zain M.Ag melakukan atraksi sehingga mendapat aplous meriah dari masyarakat.
Hingga berakhir, ribuan masyarakat yang menyaksikan karnaval tersebut tidak beranjak dari rute yang dilalui peserta sehingga jalanan macet total.






Foto - foto lainya silahkan buka di galleri foto (red)

Jumat, 28 September 2012

Muhamad Alfakih Raih Medali Perak OSN


Prestasi dibidang pendidikan ternyata tidak hanya dimiliki oleh sekolah atau siswa di perkotaan saja, juga sekolah di pedesaan. Hal itu setidaknya dibuktikan oeh Muhamad Alfakih (12), siswa kelas VI SD Kaliurip Kecamatan Bener. Alfaqih, dalam lomba Olimpiade Sains Nasional (OSN) di Jakarta beberapa waktu lalu, mampu meraih medali perak peringkat I.

Pada perlombaan tersebut panitia menyediakan 5 medali emas, 10 perak dan 15 perunggu. Dengan perolehan medali perak, Alfaqih ikut andil menyumbang tim Jawa Tengah, yang dinobatkan sebagai juara umum. Dua wakil lainnya, dari Kota Surakarta meraih medali emas peringkat I, dan dari Kota Semarang meraih medali emas peringkat V.

Anak pasangan suami isteri Muhajir Asmawi dan Kolimah yang lahir 13 April 2000, tidak nampak memiliki keistimewaan. Ketika ditanya pun, jawabannya hanya satu dua kalimat saja. Demikian juga saat ditanya cita-citanya kelak, ia hanya menjawab singkat ingin menjadi dosen. Ketika ditanya waktu belajar dirumah, ia menjawab singkat, belajar tiap hari setelah mengaji, jam 19.00-21.00. “Namun kalau diajari, Alfakih memang cepat dan mudah menerimanya,” kata Badriah, guru pengampunya.

Dikisahkan oleh Badriah, bahwa prestasi anak didiknya diraih melalui seleksi yang ketat dan membutuhkan waktu yang lama.  Alfakih dipersiapkan sekitar 1-2 bulan sebelum seleksi tingkat kecamatan. Setiap hari, ia mendapat materi setelah jam istrahat kedua hingga jam 13.30. Setelah lolos ke tingkat propinsi, materi ditambah.

Kepala sekolah Eko Muharto, pada kesemptan yang sama mengatakan bahwa SD Kaliurip sering mengirimkan wakilnya ke olimpiade. Namun belum pernah ke tingkat nasional. “Paling tinggi masuk ke tingkat propinsi, itupun belum mendapat juara,” ungkapnya.

Lebih jauh ia mengaku bahwa pihaknya memberikan keleluasaan baik kepada guru maupun siswa untuk berkreasi. Kepada siswa diberikan kegiatan ektra kurikuler, seperti tambahan mata pelajaran, pramuka, olahraga dan kesenian. Kepada guru sering diikut sertakan dalam berbagai seminar, terutama untuk menambah PAK. Demikian juga kepada guru yang belum S-1, didorong untuk menempuh jenjang S-1.

Kamis, 27 September 2012

293 Lulusan SMA Negeri 1 Purworejo Diterima Perguruan Tinggi Favorit


Diterima di Perguruan Tinggi Favorit seakan sudah menjadi tradisi lulusan SMA Negeri 1 Purworejo. Hal tersebut bisa dilihat dari jumlah siswa yang diterima di Perguruan Tinggi favorit terus meningkat setiap tahunnya. 

Karena itu tidak mengherankan jika kemudian sekolah yang salah satu visinya berbunyi “ Memiliki penguasaan keilmuan yang tinggi tecermin dalam perolehan nilai evaluasi dan kompetitif dalam mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi, ” tersebut semakin menjadi SMA idola di Kabupaten Purworejo.

Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan siswa SMA Negeri 1 Purworejo Tahun lulus 2012 dalam usaha menembus  Perguruan Tinggi yang dicita-citakan.
 Dari jumlah keseluruhan 303 siswa kelas XII, hingga pengumuman ini diturunkan, sudah  278 siswa  sudah dipastikan diterima di Perguruan Tinggi favorit pilihan mereka  dengan perincian sebagai berikut:
a)      278  siswa  diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN), dan
b)        15  siswa diterima di Perguruan Tinggi Swasta (PTS) favorit.
Jika dibandingkan tahun sebelumnya, mengalami peningkatan sebanyak 5% yakni dari 87% menjadi 92% pada tahun ini.
  
Berikut ini peta penyebaran  278 siswa di  perguruan tinggi favorit dan sekolah kedinasan di Indonesia.

NO
NAMA UNIVERSITAS
JUMLAH
1.
Universitas Indonesia
UI
56
2.
Universitas Gajah Mada
UGM
53
3.
Institu Teknologi Bandung
ITB
4
4.
Institut Pertanian Bogor
IPB
8
5.
Universitas Airlangga
UNAIR
3
6.
Universitas Pajajaran
UNPAD
4
7.
Institut Teknologi  Surabaya
ITS
10
8.
Universitas Diponegoro
UNDIP
23
9.
Universitas Brawijaya
UNIBRA
3
10.
Universitas Jendral Sudirman
UNSUD
3
11.
Universitas Sumatra Utara
USU
1
12.
Universitas Negeri Semarang
UNES
4
13.
Universitas Negeri Yogyakarta
UNY
32
14
Universitas Sebelas Maret
UNS
47
15
Sekolah Tinggi Sandi Negara
STSN
2
16
Sekolah Tinggi Ilmu Statistik
STIS
18
17
Akademi Kepolisian
AKPOL
1
18
Akademi Kimia Analis
AKA
2
19
Akademi Meterologi dan Geofisika
AMG
3
20
Sekolah Kedinasan Lain dan Swasta Favorit Lain-lain

16

Jumlah seluruhnya

293

Data tersebut di atas belum final karena masih banyak siswa yang berjuang untuk mendapatkan sekolah yang diinginkan, mereka banyak yang  mencari sekolah kedinasan alasannya praktis, cepat kerja dan biaya murah (faktor ekonomi).

Perlu diketahui bahwa dari jumlah 278 tersebut di atas ada beberapa anak yang diterima di beberapa Perguruan Tinggi, sehingga kalau dihitung secara riil jumlah seluruhnya ada 293 siswa.